
Pelabuhan Bakauheni, Jumat (4/4/2025) siang.
Kedua pria yang masih berkerabat ini, sedang dalam perjalanan pulang menuju Serang, Banten, setelah berlebaran bersama keluarga di Kemiling, Bandar Lampung.
Perjalanan sejauh ratusan kilometer dari Serang ke Bandar Lampung tidaklah mudah. Namun bagi mereka, mudik dengan sepeda adalah tradisi tahunan yang selalu mereka nantikan, meski penuh tantangan.
“Sudah empat tahun kami mudik dengan sepeda. Capek pasti, tapi rasa senangnya lebih besar,” ujar Riko dengan senyuman lelah, yang membuktikan bahwa perjalanan jauh ini memang tak mudah.
Bagi sebagian orang, mudik mungkin berarti duduk nyaman di kendaraan pribadi atau angkutan umum, tetapi tidak bagi Riko dan Rizal.
Bagi mereka, mudik adalah petualangan.
Mereka menempuh jarak 300 kilometer dengan waktu tempuh sehari semalam, melewati tanjakan demi tanjakan, menantang terik matahari dan hujan deras, demi bisa berkumpul dengan keluarga di Kemiling, Bandar Lampung.
Setiap tahunnya, sebelum berangkat, mereka selalu menyiapkan fisik dengan latihan untuk memastikan stamina tetap prima selama perjalanan panjang ini.
Bersepeda sejauh itu memang tidak mudah.
Selain itu, mereka juga membawa perlengkapan yang mereka anggap penting, seperti jas hujan yang terikat rapi di belakang sepeda, lampu penerangan untuk perjalanan malam, dan sedikit pakaian ganti.
“Kami tidak membawa banyak barang, hanya yang penting saja. Yang terpenting adalah bisa sampai dengan selamat,” kata Rizal.
Perjalanan mudik dengan sepeda ini mereka tempuh dalam waktu sehari semalam. Di tengah perjalanan, mereka beristirahat sejenak di beberapa titik perhentian untuk makan dan melepas lelah.
Saat rasa lelah mulai menggerogoti tubuh, mereka hanya mengingat satu tujuan: merayakan Lebaran bersama keluarga tercinta.
“Begitu masuk Pelabuhan Merak dan melihat kapal, rasanya separuh perjalanan sudah selesai. Itu momen yang selalu kami tunggu,” kata Riko sambil tersenyum, mengenang perjalanan yang sudah separuhnya terlewati.
Setelah menyeberang dengan kapal feri, perjalanan masih berlanjut. Jalanan berbukit di Lampung menjadi tantangan tersendiri. Namun semangat mereka tak pernah surut.
Leave a Reply